“Kita patut bersyukur memiliki kain tenun Rongkong yang kualitasnya tidak kalah dari kain tradisional lainnya di Indonesia. Terlebih di platform media sosial sudah banyak kilasan tentang peninggalan sejarah budaya Tana Luwu,” kata Murni usai mengunjungi Kecamatan Rongkong baru-baru ini. Hanya saja, kata dia, pemasaran kain khas Luwu Utara ini perlu diperluas lagi, tidak hanya di hulu saja, tetapi harus bisa sampai ke hilir.
“Dukungan pemasaran dapat dilakukan melalui dekranasda yang nantinya akan membantu pengrajin untuk mempromosikan kain ini melalui gerai yang ada di jalan poros, sehingga para pembeli yang tertarik tidak perlu masuk dan menempuh perjalanan panjang untuk memiliki kain ini,” jelas Murni. Apalagi, lanjut dia, Luwu Utara masih dalam proses pemulihan pascabencana dan pandemi Covid-19, sehingga masyarakat perlu mencari solusi guna menambah pendapatan keluarga dengan memanfaatkan potensi kain Rongkong.
“Warisan ini harus dijaga. Selain karena adat istiadat, budaya ini juga bisa menjadi pendapatan bagi masyarakat lokal. Olehnya itu, ayo kita bantu kekayaan daerah yang kita miliki agar semakin dikenal, terlebih infrastruktur pun kini telah mendapat dukungan dari pemerintah provinsi,” tandasnya. Sekadar diketahui, kain tenun ini sudah turun-temurun dilestarikan oleh warga di dusun Salurante desa Rinding Allo kecamatan Rongkong. (Put/LH)