MAYZONA.ID (MAMUJU) – Seorang remaja berinisial SA warga Desa Bunde yang diduga memiliki riwayat kontak dengan pasien Positif kode 38 asal Mamuju, akan kembali menjalani Rapid tes ulang untuk memastikan kondisi kesehatannya.
Juru Bicara tim gugus percepatan penanganan penyebaran Corona virus Kab.Mamuju Andi Rasmuddin (Kamis, 30 April 2020) mengatakan, SA yang berangkat dari lokasi yang sama dengan Pasien positif 38 yakni dari Kabupaten Magetan Jawa Timur sebelumnya telah menjalani Rapid Tes dengan hasil positif namun dari hasil tes Swabnya yang telah di informasikan kemarin hasilnya dinyatakan negatif, justru berbanding terbalik dengan pasien positif 38 yang sebelumnya melalui Rapid tes dinyatakan negatif namun dari hasil swabnya dipastikan positif,
Dari hasil itu tim gugus tugas Mamuju akan mengulang tes Rapid kepada SA demi memastikan kondisi anak usia 11 tahun tersebut, dijadwalkan rapid tes ulang terhadap SA akan dilakukan 14 hari setelah rapid tes pertama agar hasilnya bisa lebih falid.
Terkonfirmasi (Kamis, 30 April 2020) melalui sambungan telepon seluler orang tua SA Hendra Lako mengaku telah berlapang dada menerima atas segala ujian yang diterima anak dan keluarganya, ia bahkan bersyukur atas peristiwa tersebut justru semakin membawanya dekat kepada sang pencipta ” dari peristiwa ini semakin menyadarkan saya dan keluarga betapa kita manusia sama sekali tidak ada daya didepan sang pencipta, baru diberikan ujian corona kita semua sudah sangat panik, bagaimana kalau kita sudah masuk ke alam kubur” kata pria 42 tahun tersebut.
Meski mengakui telah mendapat sedikit perlakuan yang berbeda dari warga sekitar akibat kondisi anaknya, namun ia mengaku pasrah dan menyerahkan penanganan puteranya ke pada pemerintah, ia dan anaknya mengaku siap menjalankan prosedur sesuai SOP penanganan covid-19 termasuk jika harus menjalankan isolasi di Rumah Sakit.
Terpisah, Kepala Desa Bunde Bondan Winarno berharap agar masyarakat benar-benar menyadari bahaya penyebaran virus corona namun tidak justru menjadikan penyakit menular tersebut sebagai aib dimasyarakat dan melakukan tindakan sosial yang merugikan dengan mengucilkan para penderita bersama keluarganya.
Ini adalah bencana nasional yang perlu dilawan bersama, bukan dengan mengucilkan penderita tapi harusnya bisa disemangati” kata bondan, ia mengaku meski Corona memang adalah penyakit yang cukup menakutkan namun tidak bisa menjadi alasan menghilangkan budaya ketimuran yang selalu kita dengungkan untuk senantiasa saling membantu antar sesama, baik secara langsung ataupun melalui pesan moral dengan tidak mendiskriditkan penderita corona. (HMS)